Sabtu, 02 Juli 2016

Poem of my father

Created by: Hanifah Feby M.

Kau selalu merasa bersedih aku tahu itu, bahkan seratus buku paket sejarah tidak akan bisa menandingi
Bagaimana kesedihan yang kau tanggung.Terlalu banyak kesedihan yang kau tanggung sendiri. Kau selalu bertingkah selayaknya badut karnaval didepan temanmu, seperti psikopat didepan semua tetanggamu, dan seperti anjing penurut didepan orangtua mu. Tapi kau selalu menangis dimalam hari mengapa?.

Aku sering memukulimu dan kau hanya bisa diam, aku lebih keras memukulimu agar kau menangis didepanku agar kau bisa membaginya kepada ku.

Tapi kau diam saja, seperti raga tanpa nyawa, seperti laut tanpa angin. Kau menahan sakit aku tau itu bahkan saat aku benar benar khawatir akhirnya, kau bilang tidak apa apa meski bercak keunguan mulai keliatan di tempat aku menghajarmu.

Aku ingat saat aku memukulimu, kau terus terusan bilang bila aku tidak seperti almarhum mama mu. Dan kata kata itu yang membuat ku marah kau hanya mempunyai satu orangtua sekarang kenapa kau tidak menghargai diriku.

Aku meminta maaf padamu. Lalu tanpa sengaja di hari lainnya aku memukulimu karna aku lelah dan kau malah memotong ucapan ku.

Lalu aku diceritakan dongeng tantang seorang anak yg sangat menyayangi orangtuanya karna ia sangat memanjakan anaknya.

Lalu aku bertanya dalam hati apakah aku akan begitu dicintai oleh anakku saat aku tua nanti?, mengingat tidak adanya moment diantara kita yg membuatmu senang mempunyai orangtua seperti ku.

Aku yang terlalu kolot katamu dan kau yang terlalu keras kepala, kita sama sama keras kepala sebenarnya. Karna aku terlalu menjunjung tinggi ajaran orangtua dulu.

Bahkan disaat anak sma lain sering keluar rumah untuk bermain dengan temannya kau malah diam saja dirumah. Selalu seperti itu saat hari libur pun kau seperti itu.

Aku melihatmu seperti melihat burung yang hanya berada didalam sangkar.

Aku selalu melihatmu  dirumah, tetapi saat kau ingin pergi aku malah melarangmu, karna itu bukan hal yang aku dulu selalu lakukan yg aku tau.

Padahal yang akan kau lakukan itu tidak ada ruginya, malah banyak positifnya. Tapi ah sudahlah....

Aku menyerah melihatmu yang tidak bersemangat padahal aku hanya mencermahimu, belum memberikan jawaban perihal kau yang akan pergi.

Tapi seperti kau mengenalku, aku pasti akan mengucapkan tidak.

Walau pada akhirnya aku membolehkan mu pergi, kau seperti biasa saja malahan kau terlihat takut dan bberucap "eh, gapapa sih klo gk dibolehin aku juga gk mau pergi pergi banget, gk penting juga bukber sama temen temen sma tiap hari ketemu. Yaudah aku gk jadi aja lah"

Aku yang mendengar jawaban seperti itu marah, aku tau kau merajuk, meski kenyataannya kau hanya tidak ingin membuatku tak enak pada mu dan terpaksa memperbolehkan.

Aku.... Aku bukan ayah yang baik.
Saat kau senang memamerkan sesuatu setelah mendapatkan atau melakukan sesuatu yang harusnya mendapatkan pujian dari orangtua aku malah melakukan hal yg sebaliknya seperti...
Menasihatimu untuk melakukan pekerjaan rumah, padahal kau selalu merapikan rumah.
Jangan menjadi anak yg sombong saat kau mendapat nilai tinggi.
Menasihatimu jangan selalu menggambar, saat kau jago menggambar.
Jangan bangga dengan apa yg kau dapatkan.

Dan aku mengatakannya dengan mimik wajah tidak suka, mencela, atau mencibir.

Dan itu membuatmu menjadi orang malas, tidak lagi menggambar, dan membuatmu kelihatan sekali tidak menyukaiku. aku melakukan hal itu biar kau termotivasi. Tapi kau malah berteriak dan bilang "mana ada anak yang pengen dimotivasi dengan cara dihina seperti itu, buat apa aku melakukan hal yang yang membuatku bukannya mendapat pujian malah hinaan seperti itu", kau mengatakannya dengan tenang.

Aku tidak suka kau kelihatan tidak ada takutnya sama sekali. Kau terlalu tegar.dan aku tidak suka sebagai orangtua.

Aku selalu dimanjakn oleh istriku baik yang almarhum maupun yang sekarang.

Dan kau hanya dimanjakn oleh almarhum istriku, yaitu ibu kandungmu bukan ibumu yang sekarang.

Aku sedih melihatnya tapi aku tidak tau harus melakukan apa, kata orang orang aku itu orang yg tidak nyambung saat diajak bicara, pemarah, tidak jelas, kolot, pelit, dan pengecut.

Aku memang hanya bisa menampakan amarah sesungguhnya kepada orang orang tertentu saja seperti anakku, karna jika pada istriku aku pasti akan diceraikan.

Aku bukan ayah yang baik.
Aku minta maaf padamu jika aku terlalu salah mendidikmu.
Aku tidak tau cara bagaimana bersosialisasi kepada anakku sendiri.
Aku minta maaf jika selama kau terlahir didunia, aku baru merasa jika aku sepertinya belum pernah melihatmu bahagia hidup dengan ku.
Aku minta maaf atas semua ucapanku yang selalu menyakitimu.
Aku minta maaf jika aku tidak pernah merespon mu jika kau berbicara padaku, padahal kau selalu merespon bahkan memberi solusi disaat aku bercerita padamu.
Aku minta maaf jika aku berfikir kau bukanlah anak yang baik, padajal aku yakin banyak orangtua diluar sana yang ingin mempunyai anak yang baik seperti mu.

Dan maafkan aku.......... Yang terlalu mengharapkan jika saja dibalik sifat mu yang ku anggap buruk itu, kau ayahku..... Sebenarnya berfikiran seperti hal yang kuketik diatas.......

Aku selalu berimajinasi dibalik sifatmu itu yang sebenarnya tidak terlalu buruk akhir akhir ini sebenarnya tersimpan sisi ayah yang baik seperti malaikat, jika tidak mana mungkin kau mau menyekolahkanku.

Benar begitu kan, ayah.....?

-FERXYZS-

Tidak ada komentar:

Posting Komentar